Total Tayangan Halaman

25 Des 2011

BAB 4 Pemuda dan Sosialisasi


BAB 4
PEMUDA DAN SOSIALISASI
Masa remaja adalah masa tranisi dan secara psikologis sangat problematis. masas ini memungkinkan mereka berada  dalam anomi (keadaan tanpa   norma atau hukum, Red) akibat kontradiksi norma maupun orientasi mendua. Dalam   keadaan demikian. seringkali muncul perilaku menyimpang atau  kecenderungan melakukan pelanggaran. Kondisi ini juga memungkinkan mereka menjadi sasaran  pengaruh media massa.

Dapat disimpulkan  bahwa masalah kepemudaan dapat ditinjau  dari 2 asumsi  yaitu :
     1.) Penghayatan mengenai proses perkembangan bukan sebagai suatu kontinum yang sambung menyambung  tetapi  fragmentaris,  terpecah-pecah, dan setiap fragmenmempunyai artinya sendiri-sendiri. Pemuda  dibedakan dari anak dan orang tua dan masing-masing fragmen itu mewakili nilai sendiri.
Oleh sebab  itu, arti setiap  masa perkembangan  hanya dapat dimengerti dan  dinilai  dari  masa  itu  sendiri.  Masa  kanak-kanak  hanya  dapat  diresapi karena keanakannya  masa pemuda  karena sifat-sifatnya  yang khas  pemuda, dan masa orang tua yang diidentikkan dengan stabilitas hidup dan kemapanan. 

2) Posisi pemuda dalam  arah kehidupan  itu sendiri. Tafsiran-tafsiran klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya. Sudah  tentu  dan  ditentukan oleh  mutu  pemikiran yang  diwakili oleh  generasi  tua yang  bersembunyi di balik  tradisi.  Dinamika pemuda  tidak dilihat  sebagai  sebagian  dari dinamika atau lebih tepat sebagian  dari dinamika wawasan  kehidupan.


Hal ini disebabkan oleh suatu anggapan bahwa  pemuda  tidak mempunyai andil yang berarti dalam ikut mendukung proses kehidupan  bersama dalam masyarakat. Pemuda dianggap sebagai obyek dari  penerapan pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subyek yang  mempunyai  nilai  sendiri.

Dua  asumsi  yang   mendasari  pandangan  di  atas,   kiranya   tidak   akan memberi   jawaban   terhadap "kebinalan"  pemuda   dewasa   ini.  Baik  gagasan mengenai "wawasan  kehidupan",  maupun  konsep mengenai tata kehidupan yang dinamis, akan menggugurkan pandangan klasik, yang  menafsirkan kelakuan pemuda dan hidup kepemudaan sebagai sesuatu yang abnormal.

Di dalam proses identifikasi dengan kelompok sosial serta  norma­ normanya itu tidak senantiasa seorang mengindentifikasi dengan kelompok tempat ia sedang menjadi anggota secara  resmi.  Kelompok semacam ini disebut membership-group, kelompok di mana ia menjadi anggota. Tetapi dalam mengindentifikasi dirina dengan suatu  kelompok, mungkin pula seseorang melakukannya terhadap sebuah kelompok  tempat  ia pada waktu  itu tidak  lagi  merupakan anggota atau  terhadap kelompok  yang  ia ingin  menjadi anggotanya. Dalam hal terakhir  ini ia mengindentifikasi dirinya dengan  sebuah kelompok di luar membership-group-nya kelompok  tempat  idcntifikasi dirinya disebut juga  reference-group.



Jadi, reference-group merupakan  kelompok  yang norma-normanya, sikap­ sikapnya, dan  tujuannya sangat  ia setujui,  dan  ia ingin  ikut  serta  dalam  arti bahwa  ia  senang  kepada kerangka   norma,  sikap, dan tujuan yang dimiliki kelompok tersebut.

PEMUDA DAN IDENTITAS

Pemuda  adalah  suatu  generasi   yang  dipundaknya terbebani   bermacam­ macam  harapan,  terutama   dari  generasi   lainnya. Hal  ini  dapat  dimengerti karena   pemuda   diharapkan  sebagai generasi   penerus,   generasi   yang  akan melanjutkan perjuangan generasi   sebelumnya, generasi yang  harus  mengisi dan  melangsungkan estafet  pembangunan secara  terus  menerus.

Lebih menarik lagi pada generasi ini  mempunyai permasalahan­ permasalahan yang sangat  bervariasi, di mana jika  permasalahan  ini  tidak dapat diatasi  secm·a proporsional maka  pemuda akan  kehilangan fungsinya sebagai  penerus  pembangunan.

Proses  sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri  pemuda untuk menselaraskan diri di tengah­ tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu pada tahapan pengembangan dan pembinaannya, melalui proses kematangan dirinya dan belajar pada berbagai  media sosialisasi yang ada di masyarakat, seorang pemuda harus mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga mampu mengendalikan diri dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat, dan  tetap mempunyai motivasi  sosial  yang  tinggi.

a. Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda

Pola  Dasar  Pembinaan  dan  Pengembangan  Generasi  Muda  ditetapkan oleh Menteri Pendidikan  dan Kebudayaan  dalam keputusan  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978 tanggal  28 Oktober  1978. Maksud  dari Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi  Muda  adalah  agar semua  pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat  terarah, menyeluruh  dan   terpadu   serta   dapat   mencapai  sasaran   dan   tujuan.yang dimaksud.

Pola   Dasar   Pembinaan  dan   Pengembangan  Generasi  Muda   disusun berlandaskan  :

1. Landasan Idil                      : Pancasila.
2. Landasan Konstitusional    : UUD 1945.
3. Landasan Strategis  : Garis – garis besar Haluan Negara.
4. Landasan Historis               : Sumpah pemuda Tahun 1928  dan Proklamasi    Kemerdekaan 1945.
5. Landasan Normatif             : Etika tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat.
Motivasi  dasar  Pembinaan dan Pengembangan Generasi  Muda  bertumpu
pada strategi  pencapaian tujuan  nasional, seperti  telah terkandung di dalam Pembukaan UUD  1945  alinea  IV.
Apabila pemuda pada masa sekarang terpisah dari persoalan-persoalan masyarakatnya, maka sulit akan lahir pemimpin masa datang yang dapat memimpin  bangsanya sendiri.

Dalam hal ini Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian  pokok,  yaitu :
a)    Generasi  muda  sebagai  subyek  pembinaan  dan   pengembangan  adalah mereka yang telah memiliki  bekal-bekal  dan kemampuan  serta landasan untuk  dapat  mandiri  dalam  keterlibatannya  secara  fungsional  bersama potensi  lainnya,  guna  men yelesaikan  masalah-masalah   yang  dihadapi bangsa  dalam   rangka   kehidupan  berbangsa  dan   bernegara serta pembangunan  nasional.
b)   Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan  pengembangan ialah mereka yang   masih   memerlukan  pembinaan  dan   pengembangan  ke  arah pertumbuhan  potensi dan kemampuan-kemampuannya ke tingkat   yang optimal   dan  belum  dapat  bersikap   mandiri  yang  melibatkan   secara fungsional.

b.   Masalah  dan  Potensi  Generasi  Muda


1)   Permasalahan Generasi  Muda.

Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain :

a)    Dirasa  menurunnya   jiwa  idealisme,   patriotisme   dan  nasionalisme di kalangan  masyarakat  termasuk  generasi  muda.

b)   Kekurangpastian  yang  dialami   oleh  generasi  muda  terhadap  masa depannya.

c)  Belum seimbangnya antara  jumlah generasi  muda dengan  fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.

d)            Kurangnya   lapangan   kerja/kesempatan  kerja  serta    tingginya  tingkat pengangguran/setengah   pengangguran  di kalangan  generasi  muda  dan mengakibatkan  berkurangnya  produktivitas  nasional dan memperlambat kecepatan  laju   perkembangan pembangunan  nasional  serta   dapat menimbulkan  berbagai  problem sosial  lainnya.
e)    Kurangnya gizi  yang dapat  menyebabkan hambatan bagi  perkemrangan kecerdasan  dan   pertumbuhan   badan   di   kalangan  generasi  muda,  hal ter;;ebut  disebabkan oleh   rendahnya daya   beli  dan  kurangtlya  perhatian tentang gizi dan menu  makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
f)     Masih    banyaknya  perkawinan  di   bawah  umur,    terutama  di   kalangan masyarakat daerah pede  saan.
g) Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
h)     Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan  narkotika.
i)     Belum  adanya peraturan perundangan yang  rnenyangkut generasi muda.


2)  Potensi-potensi  Generasi  Muda/Pemuda

 Potensi-potensi yang  terdapat pada  generasi  muda  perlu  dikembangkan adalah :

a)  Idealisme dan  daya   kritis.
b)  Dinamika dan  kreatifitas.
c)  Keberanian  mengambil  resiko.
d)  Optimis  dan kegairahan  semangat.
e)  Sikap  kemandirian  dan disiplin  murni.
f)  Terdidik
g)  Keanekaragaman  dalam persatuan  dan kesatuan.
h)  Patriotisme dan  nasionalisme.
i)  Sikap  kesatria.
j)  Kemampuan penguasaan   ilmu  dan  teknologi.

Tujuan  pokok sosialisasi  adalah  :

I)  Individu harus diberi ilmu pengetahuan  (keterampilan)  yang dibutuhkan bagi kehidupan  kelak  di masyarakat.
2)    Individu harus  mampu berkomunikasi secara  efektif  dan  mengembangkan kemampuannya.
3)    Pengendalian fungsi-fungsi organik yang  dipela jari  melalui  latihan-latihan mawas diri  yang   tepat.
4)    Bertingkah laku  selaras dengan  norma   atau  tata   nilai  dan  kepercayaan pokok  yang  ada  pada   lembaga atau  kelompok khususnya dan  masyarakat umumnya.

Faktor  lingkungan  bagi   pemuda  dalam  proses  sosialisasi  memegang peranan  penting, karena  dalam  proses  sosialisasi pemuda terus  berlanjut dengan segala daya   imitasi   dan   identitasnya.

PERGURUAN DAN PENDIDIKAN.

MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA

Pembinaan  sedini mungkin difokuskan kepada angkatan muda pada tingkat SLTP/SLTA, dengan cara penyelenggaraan Iomba karya ilmiah tingkat nasional oleh lembaga  llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).  Minat generasi  muda untuk mengikuti Iomba karya ilmiah  dari berbagai  cabang  disiplin  ilmu itu ternyata lebih  banyak  dari  perkiraan semula.

Pembinaan  dan   pengembangan  potensi   angkatan  muda   pada  tingkat perguruan  tinggi, lebih  banyak diarahkan dalam  program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan  formal. Mereka  dibina digembleng di laboratorium­ laboratorium dan  pacta kesempatan-kesempatan praktek  lapangan.


Kaum   muda .. memang  betul-betul   merupakan  suatu  sumber  bagi pengembangan  masyaraka  dan   bangsa.  Oleh   karena   itu,   pembinaan  dan perhatian  khusus harus  diberikan bagi  kebutuhan dan  pengembangan potensi mereka.

PENDIDIKAN DAN PERGURUAN TINGGI.

Disinilah terletak arti penting dari pendidikan sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia,  sebagai  prasarat  utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara 'self  propelling' dan tumbuh menjadi bangsa  yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh prototipe dalam hubungan  ini.

Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa  dan   negara  Indonesia,  maka  pendidikan  nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya. pendidikan tersebut  diarahkan menjadi  pendidikan pembangunan, satu  pendidikan yang  akan  membina ketahanan hidup bangsa, baik  secara fisik  maupun secara ideologis dan  mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan  mampu membebaskan  diri  dari  belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. melalui suatu  alternatif pembangunan yang lebih  baik,  serta  menghargai kemajuan yang  antara lain  bercirikan perubahan yang  berkesinambungan.

Dalam arti inilah, maka pembicaraan tentang generasi  muda/pemuda, khususnya  yang berkesempatan mengenyam  pendidikan  tinggi menjadi penting, karena  berbagai  alasan.

Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya  kesempatan untuk terlibat  di dalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam  masyarakat. Kesempatan ini tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada umumnya.

Kedua, sebagai  kelompok  masyarakat  yang paling lama di bangku sekolah, maka  mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara  berencana, dibandingkan dengan  generasi muda/pemuda lainnya.

Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai  etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya.

Keempat,  mahasiswa sebagai  kelompok  yang akan memasuki  lapisan  atas dari  susunan kekuasaan, struktur perekonomian  dan   prestise  di  dalam masyarakat, d_engan sendirinya merupakan elite di kalangan  generasi   muda/ pemuda,  umumnya  mempunyai  Jatar belakang  sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih  baik  dari  keseluruhan generasi   muda  lainnya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar