Pendidikan
itu Tidak Penting
Waw.. judul diatas memang bersifat
pesimis dan provokatif. Tapi sebagian dari kita masih baranggapan hal
yang serupa akan pendidikan. Kita bahkan sering mendengar pernyataan bahwa buat
apa sekolah tinggi-tinggi? toh kalau perempuan ujung-ujungnya di dapur juga.
Buat apa punya ijazah? toh pendidikan tinggi tidak menjamin hidup makmur, belum
tentu dapat kerja, banyak tu sarjana yang pengangguran! Pendidikan belum tentu
menjamin seseorang untuk sukses. Pertanyaan dan anggapan ini masih berkembang
di lingkungan masyarakat kita. Cobalah sejenak kita membaca kembali petikan
wawancara dengan Bob Sadino, orang yang sukses dalam dunia usaha dan bisnis.
………………..
Siapa guru-guru terbaik anda?
Alam. Saya melihat anak-anak, saya
lihat pohon, matahari, jalanan, batu, sekeliling saya aja. Apa orang itu ndak
bisa belajar dari batu? Banyak orang tua yang tidak rela anaknya tidak sekolah.
Mungkin ada kekhawatiran
kalau tidak sekolah nanti tidak bisa hidup?
Apakah mereka tahu dengan sekolah
itu anaknya bisa hidup? Apakah nggak sebaliknya, malah karena sekolah dia nggak
akan bisa hidup? Kalau saya jadi kamu, segera setelah jadi orang tua, yang saya
ingat adalah obrolan saya dengan Bob Sadino. Apakah sekolah itu jaminan bahwa
anak itu nanti akan berhasil? Saya hampir pasti kalau kamu jadi orang tua kamu
akan paksa anakmu untuk sekolah. Kalau kamu orang tua yang percaya, bahwa
dengan sekolah anak itu bisa sukses, saya cenderung mengkategorikan kamu
sebagai orang tua yang tidak bener. Pertama, kamu malas tidak mau mendidik anak
sendiri. Kedua, kamu mengandalkan orang lain. Kalau kamu menghendaki anakmu
melakukan setiap yang kamu inginkan, kamu orang tua yang paling egois. Bukankah
setiap anak itu bebas memilih apa pun yang dia inginkan? Tanpa sadar kamu
sedang memperkosa pikiran anakmu. Itu menurut Bob Sadino!
Ada pemikiran,
pendidikan adalah warisan terbaik bagi anak?
Kalau semua orang bilang begitu,
saya yang akan bilang tidak! Kamu belum menarik garis sekolah itu apa, belajar
itu apa. Alangkah prihatinnya saya. Kasihan sekali pada orang tua yang mendidik
anaknya, dengan menyuruh si anak masuk di sebuah ruangan yang dibatasi oleh
empat dinding. Bukankah dunia ini lebar? Warisan disempitkan menjadi satu; sekolah.
Yang lain-lain nggak dianggap warisan, alangkah sempitnya pemikiran itu.
Anak-anak saya ya saya sekolahkan. Tapi setelah itu saya bebaskan, mau apa
terserah. Tidak pernah saya paksakan. Dan walau anak-anak saya selesai sekolah,
ternyata mereka juga ndak senang sekolah.
Apakah ide-ide semacam
ini bagus untuk orang-orang di bangku sekolah?
Saya selalu mengatakan, bagi mereka
yang memaksakan kepingin sukses, jawaban saya sangat sederhana dan sangat tidak
populer. Kalau kamu mau sukses, besok kamu berhenti sekolah. Dan jelas tidak
ada satu orang pun yang mau nurut kata-kata saya. Padahal dia sedang mencari
dan mengejar sukses. Mungkin orang merasa tidak aman jika meninggalkan sekolah
dan tidak punya ijazah? Kamu tahu berapa ribu sarjana yang nganggur. Apakah itu
aman buat mereka? Kemarin saya ke IPB sedang mewisuda 1.200 sarjana. Dari 1.200
sarjana yang kemarin diwisuda itu, berapa yang dapat pekerjaan, saya tidak
tahu. Yang saya tahu hanya beberapa gelintir saja. Artinya kamu menyekolahkan
anak untuk mencapai suatu tujuan, yaitu masuk pada suatu tempat yang tidak
aman. Itu jelas sebetulnya. Tapi mengapa paradigmanya tidak pernah mau
digeser-geser? Karena itu budaya dari nenek moyang. Orang tua maunya gampang.
Sebetulnya sekolah itu hanya wakil saja dari orang tua. Kalau orang tua
yang prihatin, ya dia didik sendiri anaknya.
……………….
Pernyataan Bob Sadino merupakan
fakta yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Tidak menjamin orang yang
memiliki jenjang pendidikan yang tinggi dapat sukses dalam kehidupannya.
Sekolah kurang, belum, dan tidak mampu memberikan peluang untuk sukses tadi.
Bagi seorang Bob Sadino sekolah BUKAN-lah satu-satunya lembaga pendidikan yang
utama bagi pendidikan seorang anak. Tanggung jawab pendidikan terletak pada
orang tua. Sekolah bukanlah satu-satunya lembaga pendidikan yang dapat
menghantarkan kesuksesan seseorang. Banyak faktor yang mempengaruh jalan hidup
seseorang mencapai kesuksesan.
Benarkah pendidikan itu tidak
penting? Pendidikan itu jelas sangatlah
penting. Pendidikan tidak hanya didapat dari sekolah. Alam, lingkungan dan
pengalaman adalah alat dan lembaga yang mendidik manusia. Agamapun mengajarkan
kita untuk menuntut ilmu. Orang tua diperintahkan untuk mengajarkan dan
mendidik anak-anaknya. Ilmu tanpa agama itu buta, dan agama tanpa ilmu itu
sia-sia.
Lembaga pendidikan harus sesegera mungkin berbenah diri dari berbagai masalah
yang dihadapinya. Sekolah harus menciptkan manusia yang berfikir dinamis tidak
statis. Harus mampu membangun jiwa pemimpin bukan jiwa bawahan.
Beberapa persoalan umum yang menjadi
pekerjaan rumah untuk diselesaikan antara lain:
- Kemiskinan, Gembar-gembor pemerintah dengan memberikan layanan pendidikan gratis masih dianggap rancu dan banyak sekali terjadi penyimpangan. Terutama dalam hal dana (namanya saja Negara korup, apa saja bisa di korup), sehingga masih banyak lapisan masyarakat kita yang tidak bisa merasakan pendidikan yang layak.
- Sistem pendidikan, sistem pendidikan haruslah mampu menjamin pemerataan. Mmm, teorinya tapi tidak praktik-nya. Tetap saja si-miskin mendapatkan penolakan-penolakan dari berbagai sekolah. Terutama sekolah yang memiliki “reputasi”.
- Tingkah pendidik dan peserta didik. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Slogan yang dirasakan memudar maknanya dengan banyaknya tingkah guru yang mangkir dari tempat tugas (apalagi yang ditempatkan di pelosok desa), banyak guru yang hanya sekedar mengajar (mungkin faktor gaji yang kecil) tanpa mendidik. Siswa sebagai peserta didik masih banyak yang sekolah hanya mengejar nilai dan ijazah. Ini dikarenakan sistem pendidikan hanyalah bersifat formal, yang dicari hanyalah legitimasi sehingga tidak mampu menciptakan generasi yang cakap dan siap terjun di masyarakat.
Nah, pola fikir dan keadaan seperti
inilah yang membuat munculnya pertanyaan-pertanyaan serta anggapan di atas
tadi. Sekiranya struktur pendidikan itu terjadi pembenahan dan perubahan yang
didasarkan kepada memanusiakan manusia sehingga mampu menciptakan manusia yang
unggul baik pengetahuan, agama dan keahlian.