1. PERBEDAAN
PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Sikap yang
negatif terhadap sesuatu, disebut
prasangka. Tidak
sedikit orang-orang yang mudah berprasangka, namun
banyak juga
orang-orang yang lebih sukar untuk
berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan cukup menyolok? Tampaknya kepribadian dan intelekgensia, juga
faktor lingkungan cukup berkaitan dengan
munculnya prasangka.
Dalam kondisi persaingan untuk mencapai akumulasi materiil tertentu,
atau untuk meraih status sosial bagi suatu individu atau kelompok sosial
tertentu, pada
suatu lingkungan/wilayah di mana norma-norma dan tata hukum dalam
kondisi goyah, dapat merangsang
munculnya
prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari
sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu,
tidak dapat dipisahkan.
SEBAB
–SEBAB TIMBULNYA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
-
Berlatar belakang sejarah.
Orang-orang kuli putih di Amerika Serikat
berprasangka negatif terhadap
orang-orang Negro,
berlatar belakang pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai
tuan dan orang-orang Negro berstatus sebagai budak.
-
Dilatarbelakangi
oleh perkembangan sosio - kultural
dan situasional.
Suatu prasangka
muncul dan berkembang dari suatu individu
terhadap individu lain, atau
terhadap kelompok sosial tertentu manakala
terjadi penurunan status atau terjadi Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) oleh pimpinan Perusahaan terhadap
karyawannya.
-
Bersumber dari faktor
kepribadian.
Keadaan
frustrasi dari beberapa
orang atau kelompok
sosial tertentu merupakan kondisi yang cukup untuk menimbulkan tingkah
laku agresif. Para ahli beranggapan bahwa prasangka lebih dominan disebabkan tipe tiepe kepribadian orang-orang tertentu.
-
Berlatar belakang
dari perbedaan keyakinan, kepercayaan
dan agama.
Bisa
ditambah lagi dengan perbedaan pandangan politik, ekonomi dan ideologi.
Prasangka
yang
berakar
dari
hal-hal
tersebut
di
atas
dapat dikatakan sebagai suatu prasangka
yang bersifat universal. Beberapa
diantaranya : Konflik Irlandia
Utara-Irlandia Selatan, Konflik
antara golonganb keturunan
Yunani-Turki di Cyprus dan perang
Iran-Irak berakar dari latar belakang
adanya prasangka agama/kepercayaan agama.
DAYA UPAYA
UNTUK MENGURANGI / MENGHILANGKAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
-
Perbaikan kondisi
sosial ekonomi : Pemerataan pembangunan dan usaha
peningkatan pendapatan bagi warga negara Indonesia yang masih tergolong
di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan sosial anatar si kaya dan si miskin.
-
Perluasan kesempatan belajar : Adanya usaha-usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar
bagi seluruh warganegara Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi
hanya dapat
dinikmati
oleh kalangan
ma yarakat menengah dan kalangan
atas.
-
Sikap terbuka
dan sikap lapang : Harus selalu kita
sadari bahwa berbagai tantangan yang
datang
dari luar ataupun yang datang dari dalam negeri, semuanya akan dapat merongrong keutuhan negara dan bangsa. Kebhinekaan masyarakat berikut sejumlah
nilai yang melekat,
merupakan basis empuk bagi timbulnya
prasangka, diskriminasi, dan keresahan.
2. ETNOSENTRISME
Setiap suku bangsa atau ras tertentu
akan memiliki ciri khas kebudayaan,
yang sekaligus menjadi
kebanggaan mereka. Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan
sehari-hari bertingkah laku sejalan
dengan norma-norma, nilai nilai yang terkandung dan tersirat dalam kebudayaan
tersebut.
Suku bangsa, ras
tersebut cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah ssesuatu yang prima, riil, logis,
sesuai dengan kodrat alam dan
sebaginya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang
sebagai
sesuatu
yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengan kodrat alam dan sebagainya.
Hal-hal tersebut
di atas dikenal
sebagai ETNOSENTRISME, yaitu suatu kecendrungan
yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai
suatu yang prima, terbaik,
mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk
menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme nampaknya merupakan gejala sosial yang
universal, dan sikap
yang demikian biasanya
dilakukan secara tidak sadar. Dengan
demikian etnosentrisme merupakan
kecendrungan tak sadar untuk menginterpretasikan
atau meni1ai kelompok
lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme
dalam
tingkah
laku
berkomunikasi
nampak
canggung,
tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme
penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi. Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang orang Jerman pada zaman Nazi Hitler.
Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang
bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar