Total Tayangan Halaman

25 Des 2011

BAB 9 AGAMA DAN MASYARAKAT


AGAMA DAN MASYARAKAT
Kaitan  agama  dengan  masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran  akan  maut menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para  tasauf.
Membicarakan peranan  agama  dalam  kehidupan sosial  menyangkut dua hal yang sudah tentu hubungannya erat, memiliki aspek-aspek  yang terpelihara. Yaitu pengaruh dari cita-cita  agama dan etika agama dalam kehidupan  individu dari kelas sosial dan grup sosial,  perseorangan dan kolektivitas, dan mencakup kebiasaan dan cara semua  unsur asing agama  diwarnainya.
Agama sebagai suatu sistem mencakup  individu  dan masyarakat, seperti adanya emosi keagamaan, keyakinan terhadap sifat  faham, ritus, dan upacara, serta umat atau kesatuan  sosial yang terikat terhadap agamanya.
Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan   hidup,   menekankan pada hal-hal yang normatif atau menunjuk kepada  hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan.
Karena latar belakang sosial yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula. Kebutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaan berbeda-beda, kadang kala kepentingannya dapat tercermin atau tidak sama sekali. Karena itu kebhinekaan kelompok dalam masyarakat akan  mencerminkan perbedaan jenis kebutuhan keagamaan.
1.   FUNGSI AGAMA
Untuk mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari, yaitu kebudayaan,sistem sosial, dan kepribadian. Ketiga  aspek tersebut merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang pengaruhnya dapat  diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan, sejauh mana fungsi lembaga agama dalam memelihara sistem, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan sebagai suatu sistem, dan sejauh manakah agama dalam mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya.
Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang  bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi­ sanksi sakral.
Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di  mana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun  dalam  kewajiban-kewajiban sosial  yang membantu mempersatukan  mereka.
Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh  menjadi dewasa, memerlukan suatu system nilai sebagai semacam tuptunan  umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.
Masalah fungsionalisme agama dapat dianalisis lebih mudah  pada komitmen  agama. Dimensi komitmen agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan  konsekuensi.
-          Dimensi   keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti   kebenaran  ajaran-ajaran agama.
-          Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk  melaksanakan komitmen agama  secara nyata.
-          Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai  perkiraan tertentu,  yaitu orang  yang benar-benar religius  pada suatu  waktu  akan  mencapai pengetahuan  yang  langsung dan  subjektif tentang  realitas  tertinggi,  mampu  berhubungan, meskipun  singkat,  dengan suatu  perantara  yang  supernatural.
-          Dimensi  pengetahuan dikaitkan  dengan perkiraan, bahwa orang-orang  yang bersikap religius  akan memiliki informasi tentang  ajaran-ajaran pokok keyakinan dan  upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
-          Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.
2.  PELEMBAGAAN AGAMA
Agama  begitu universal, permanen (langgeng), dan mengatur dalam kehidupan, sehingga  bila tidak memahami  agama, akan sukar memahami masyarakat. Hal yang perlu dijawab  dalam  memahami  lembaga  agama adalah, apa  dan  mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya   serta  fungsi  dan struktur  agama.
Dimensi keyakinan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan dapat diterima sebagai dalil atau dasar analitis, namun hubungan-hubungan antara keempatnya tidak dapat diungkapkan tanpa  data  empiris.
Agama  melalui  wahyunya atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia guna  memenuhi kebutuhan mendasar,  yaitu selamat di dunia dan selamat di akhirat, di dalam perjuangannya tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan  yang memberikan  rasa aman bagi pemeluknya.
Pengalaman tokoh agama dan juga merupakan pengalaman kharismatik, akan melahirkan suatu bentuk perkumpulan keagamaan, yang kemudian menjadi organisasi keagamaan terlembaga. Lembaga – lembaga keagamaan pada puncaknya berupa peribadatan, pola ide-ide dan keyakinan - keyakinan. dan tampil pula sebagai asosiasi atau organisasi. Misalnya pada kewajiban  ibadah haji dan munculnya organisasi keagamaan.
Organisasii keagamaan yang tumbuh secara khusus semula dari pengalaman agama tokoh  kharismatik pendiri  organisasi, kemudian menjadi  organisasi keagamaan yang terlembaga. Muhammadiyah, sebuah organisasi sosial Islam yang penting, dipelopori oleh pribadi Kiai Haji ahmad Dahlan yang menyebarkan pemikiran Muhammad  Abduh   dari Tafsir Al-Manar.
Demikian  pula  Nadlatul  Ulama (NU), yang artinya "kebangkitan ulama", menekankan keterikatan pada mazhab Sjafii, dan mengimbangi golongan pembaharu. Semula organisasi ini tidak  mempunyai  anggaran  dasar  (tahun  1926),  baru  setelah  tahun 1927 organisasi ini dirumuskan. Kegiatannya, selain tertib beragama, juga memperbaiki  kehidupan  sosial  masyarakat.
Tampilnya organisasi agama adalah akibat adanya "perubahan batin" atau kedalaman beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan, dan sebagainya. Agama menuju ke pengkhususan fungsional. Pengaitan agama tersebut mengambil bentuk dalam berbagai corak organisasi keagamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar