ILMU PENGETAHUAN,
TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN
Judul
"Ilmu Pengetahuan, Teknologi,
dan Kemiskinan"
memberi petunjuk
adanya sesuatu yang inheren, mungkin
permasalahannya ialah adanya kontinuitas dan perubahan, harmoni atau
disharmoni. Tidak
mustahil
ketiga masalah ini akan melihat masa lampau atau masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, dan dapat melibatkan perdebatan semantika.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan merupakan bagian-bagian
yang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem
yang berinteraksi, interelasi, interdependensi, dan
ramifikasi (percabangannya). Dengan
demikian wajarlah apabila
menghadapi masalah yang kompleks ini, memerlukan studi mendalam dan analisis interdisipliner kalau tidak mau
mencampuradukkan unsur-unsur sintesis dengan sintesisnya sendiri.
1. ILMU PENGETAHUAN
Di kalangan ilmuwan
ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu
tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang
diperoleh
dengan
pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis,
rasional/logis, empiris, umum, dan akumulatif. Pengertian
pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan
dan teori (epistemologi), di antaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi.
Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal
pada teori-teori kebenaran pengetahuan.
-
Teori
pertama
bertitik
tolak
adanya hubungan dalil, di mana pengetahuan dianggap benar apabila dalil
(proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu.
-
Kedua, pengetahuan itu benar apabila ada
kesesuaian dengan kenyataan.
-
Teori ketiga menyatakan, bahwa pengetahuan itu benar
apabila
mempunyai konsekuensi
praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan
objektif diperlukan
sikap yang
bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam mencapai tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar
objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang
bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu
meliputi
empat
hal:
-
tidak ada perasaan
yang bersifat pamrih sehingga mencapai
pengetahuan ilmiah yang objektif.
-
Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema
yang
dihadapi supaya
didukung
oleh fakta atau gejala, dan mengadakan
pemilihan
terhadap hipotesis yang
ada.
-
Kepercayaan yang layak terhadap
kenyataan
yang tak
dapat
diubah
maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai
ilmu.
-
Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk
dibuktikan kembali.
2. TEKNOLOGI
Dalam konsep
yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah
dikatakan, bahwa
ilmu pengetahuan (body of knowledge),
dan teknologi sebagai
suatu seni (state of art) yang
mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai
sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan
keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
Teknologi memperlihatkan fenomenanya
dalam
masyarakat
sebagai
hal
impersonal dan memiliki
otonomi mengubah setiap
bidang kehidupan manusia
menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul "The Tech nological Society" (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik,
meskipun arti atau maksudnya sama.
Menurut Ellul istilah teknik
digunakan tidak hanya untuk mesin,
teknologi atau prosedur
untuk memperoleh hasilnya,
melainkan totalitas motode
yang dicapai secara
rasional dan mempunyai
efisiensi (untuk memberikan
tingkat
perkembangan)
dalam
setiap
bidang akti.vitas manusia.
Dengan berkembang pesatnya teknologi komputer dan teknologi satelit ruang angkasa, maka diperoleh pengetahuan baru dari hasil kerja kedua produk teknologi tersebut. Luasnya bidang teknik, digambarkan oleh
Ellul sebagai berikut :
-
Teknik meliputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri.
-
Teknik meliputi bidang organisasi seperti administrasi, pemerintahan,
manajemen, hukum dan militer.
-
Teknik meliputi bidang manusiawi, seperti pendidikan, kerja, olahraga, hiburan dan obat-obatan.
Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi
Barat, yang
sering masuk
dengan ditunggangi oleh segelintir orang atau kelompok yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi Barat tersebut adalah
:
1) Serba intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih akrab dengan
kaum
elit daripada dengan
buruh itu sendiri.
2) Dalam struktur sosial, teknologi
barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3) Kosmologi atau pandangan teknologi Barat adalah: menganggap
dirinya sebagai pusat yang lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusia
sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.
3. ILMU
PENGETAHUAN
TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering
dikaitkan dengan nilai atau
moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya
melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Apa yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang
diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu
ilmu dapat
diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan
suatu saat dapat ditumbangkan
oleh teori lain
Ilmu sebagai ilmu, karena
ilmu
selain universal, komunal, juga alat menyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Kaitan ilmu dan teknologi dengan nilai atau moral, berasal dari
ekses penerapan ilmu dan teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan :
-
Golongan yang menyatakan
ilmu
dan
teknologi adalah bersifat netral
terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun secara aksiologis, soal
penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu
sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau tujuan buruk.
-
Golongan yang menyatakan bahwa
ilmu dan teknologi itu bersifat netral
hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada
asas-asas moral
atau nilai-nilai.
Dampak dari perkembangan pesat ilmu dan teknologi lebih
banyakdirasakan di negara-negara dunia
ketiga
(berkembang), dirasakan ilmu dan teknologi menguasai manusia,
kebudayaan dan alam sendiri.
4. KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang pokok. dikatakan
berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok
seperti pangan, pakaian, tempat
berteduh,
dll. (Emil Salim, 1982).
Kemiskinan merupakan tema sentral
dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fun damental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
mereka yang hidup di bawah garis
kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-
tidak
memiliki faktor produksi
sendiri seperti tanah,
modal, keterampilan,
dsb.
-
tidak memiliki
kemungkinan untuk memperoleh asset
produksi dengan
kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
-
tingkat pendidikan
mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus
membantu orang tua mencari tambahan
penghasilan.
-
Kebanyakan tinggal
di
desa sebagai
pekerja bebas (self employed),
berusaha apa saja.
-
banyak yang hidup di kota berusia
muda, dan tidak mempunyai keterampilan.
Secara analog dapat ditentukan pola-pola
relasi dalam bidang
ekonomi. Kesemuanya merupakan substruktur atau subsistem dari struktur dan sistem kemasyarakatan yang berlaku yangm endasari masalah-masalah
kemiskinan. Dengan demikian kemiskinan berkaitan langsung dengan sistem
kemasyarakatan secara menyeluruh, dan bukan hanya masalah ekonomi atau politik atau sosial-budaya.
Kalau
kita menganut teori fungsionalis dari
statifikasi (tokohnya Davis), maka kemiskinanpun memiliki
sejumlah fungsi yaitu :
-
Fungsi ekonomi : penyediaan tenaga untuk pekerjaan
tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas (masyarakat pemulung).
-
Fungsi sosial : menimbulkan altruisme
(kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi
kesulitan hidup bagi
si kaya, sebagai ukuran kemajuan
bagi kelas
lain dan merangsang munculnya badan amal.
-
Fungsi cultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya
budaya saling mengayomi antar sesama manus1a.
-
Fungsi politik : berfungsi sebagai kelompok gelisah
atau masyarakat
marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok lain.
Walaupun kemiskinan mempunyai
fungsi, bukan berarti menyetujui lembaga tersebut. Tetapi,
karena kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan
fungsi lain sebagai pengganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar